Kondom menjadi salah satu metode kontrasepsi yang biasa digunakan oleh pasangan suami istri untuk menunda kehamilan sementara waktu. Benda ini terbilang mudah digunakan, karena tidak memerlukan bantuan dokter seperti metode kontrasepsi lainnya.
Selain praktis, kondom juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kontrasepsi jenis lainnya, yakni mencegah infeksi menular seksual seperti gonore, sifilis, klamidia, dan sebagainya. Meski memiliki beberapa kelebihan, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi tergolong rendah.
“Survei oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa penggunaan kondom hanya sebesar 2,4 persen saja,” ujar dr. Resthie Rachmanta Putri dari KlikDokter.
Itu berarti kesadaran masyarakat terhadap penggunaan kondom masih minim, dan karenanya menarik perhatian kalangan medis. Pasalnya, hubungan seks yang tidak dilakukan menggunakan kondom―atau alat kontrasepsi lainnya―dapat berujung pada kehamilan yang belum tentu dipersiapkan, serta turut meningkatkan risiko terkena penyakit kelamin.
Tak sekadar itu, beberapa orang bahkan menggunakan kondom yang notabenenya hanya sekali pakai, menjadi lebih dari satu kali. Padahal, berdasarkan penelitian, menggunakan kondom secara berulang-ulang sangat tidak baik bagi kesehatan.
Bahaya menggunakan kondom berulang
Dilansir dari Newsweek, Centers for Disease Control mengimbau agar masyarakat tidak mencuci atau menggunakan kondom berulang kali. Hal ini diutarakan oleh akun Twitter resmi milik lembaga tersebut.
“Kami mengatakan ini (penggunaan kondom bekas) karena orang-orang melakukannya. Jangan mencuci atau menggunakan kembali kondom! Gunakan yang baru untuk setiap hubungan seksual,” cuit mereka.
Aktivis kesehatan seksual dari Amerika Serikat, Isabel Inman, menjelaskan bahwa cuitan CDC memang terdengar lucu bagi beberapa orang. Namun peryataan tersebut memanglah benar―kondom sebaiknya tidak digunakan berulang-ulang.
"Kondom adalah satu-satunya metode kontrasepsi untuk melindungi kehamilan dan infeksi menular seksual. Oleh karena itu, sangat penting bahwa orang tahu bagaimana menggunakannya dengan benar," ujar Inman.
Kendati demikian, diperkirakan bahwa hanya sekitar sepertiga orang Amerika yang menggunakan kondom dengan benar. Ini membuat mereka berisiko sangat tinggi untuk mengalami penyakit menular seksual.
Sebuah angka terbaru menunjukkan adanya lebih dari 2 juta kasus penderita penyakit gonore, klamidia, dan sifilis pada tahun 2016 silam. Jumlah itu mencapai angka tertinggi sejauh ini. Kebanyakan diagnosis baru adalah klamidia: sebesar 1,6 juta, diikuti oleh gonore: 470.000, dan infeksi sifilis: 28.000, baik primer maupun sekunder.
Statistik resmi yang dirilis awal tahun ini juga mengungkapkan bahwa jumlah kasus kencing nanah (gonore) melonjak lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober 2017 lalu, pejabat kesehatan di Amerika Serikat juga memberikan imbauan keras mengingat jumlah penderita penyakit menular seksual di negara tersebut menjadi lebih banyak.
Tips memilih kondom yang tepat
Penggunaan kondom harus dilihat dari segi kualitas barangnya. Berdasarkan penuturan dr. Resthie, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih alat kontrasepsi tersebut, misalnya bahan dasar dan ketahanan kondom saat digunakan.
“Kondom dari bahan lateks merupakan pilihan yang baik untuk berhubungan seksual. Bahan ini bersifat elastis, sehingga akan pas melekat pada penis, tidak kelonggaran atau kesempitan,” ujarnya.
Mengetahui fakta medis ini, Anda sebaiknya benar-benar tidak menggunakan satu kondom yang sama berulang kali. Gunakanlah kondom yang baru setiap kali ingin bercinta. Anda tak ingin kenikmatan bersama pasangan berubah menjadi malapetaka, bukan?
Up untuk web ini sangat bagus dan sangat membantu.
ReplyDelete