Monday, 11 February 2019

Benarkah Konsumsi Makanan Organik Bisa Turunkan Risiko Terkena Kanker


Sebuah penelitian terbaru menemukan hubungan antara konsumsi makanan organik dan risiko kanker. Tim peneliti dari Prancis mengatakan bahwa makanan organik cukup efektif dikonsumsi untuk mencegah penyakit kanker.

Sebelumnya ada kekhawatiran yang berkembang tentang paparan berbagai jenis pestisida dari pertanian. Dampak dari senyawa tersebut pada tubuh manusia masih belum dipahami dengan baik. Tapi, ada beberapa indikasi bahwa efek racun dapat terjadi bahkan pada konsentrasi rendah.

Sementara itu, didorong oleh masalah lingkungan dan kesehatan, pasar makanan organik terus berkembang pesat. Makanan organik diproduksi tanpa menggunakan pupuk sintetis, pestisida, organisme hasil rekayasa genetika, dan penggunaan obat-obatan hewan.

Makanan organik dan penurunan risiko kanker

Makanan organik cenderung tidak mengandung residu pestisida daripada makanan konvensional, dan penelitian telah menunjukkan bahwa diet makanan organik mengurangi paparan pestisida tertentu. Julia Baudry, penulis utama studi dari Pusat Penelitian dalam Epidemiologi dan Statistik di Perancis, mengatakan kepada Newsweek.

"Pada populasi yang diteliti, paparan (pestisida) terjadi karena makanan sehari-hari, terutama asupan buah dan sayuran yang ditanam secara konvensional. Namun, beberapa studi telah meneliti konsumsi makanan organik bermanfaat menurunkan risiko kanker," lanjut Baudry.

Untuk penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine, tim peneliti memeriksa data tentang frekuensi konsumsi makanan organik sekitar 68.946 orang dewasa di Prancis pada tahun 2009. Untuk waktu tindak lanjutnya rata-rata adalah sekitar 4,5 tahun kemudian.

Hasilnya, peserta melaporkan bahwa mereka sangat jarang mengonsumsi 16 jenis makanan organik. Makanan yang dimaksud adalah buah-buahan, sayuran, produk susu, daging dan ikan, telur, biji-bijian, tepung, minyak nabati dan bumbu, gula, hingga suplemen makanan.

Para peneliti kemudian menggunakan informasi ini untuk menghitung skor makanan organik antara 0-32 poin, dengan angka yang lebih tinggi menunjukkan konsumsi makanan organik yang lebih besar. Mereka mengamati penurunan yang signifikan dalam risiko kanker di antara para peserta yang rutin mengonsumsi makanan organik.

Selama masa penelitian, para peserta mengembangkan total 1.340 jenis kanker. Akan tetapi, orang-orang yang mengonsumsi makanan organik memiliki risiko 25 persen lebih rendah terkena kanker.

"Dalam populasi 68.946 orang dewasa di Prancis, kami menemukan pengurangan 25 persen risiko kanker di antara konsumen dengan frekuensi makanan organik yang tinggi dibandingkan dengan konsumen dengan frekuensi rendah, setelah memperhitungkan faktor pembaur, seperti faktor gaya hidup, diet, dan sosiodemografi," ungkap Baudry. Menurutnya terjadi penurunan risiko penyakit kanker sekitar 34-76 persen untuk kanker payudara pascamenopause dan kanker limfoma.

Masih perlu penelitian lebih lanjut

Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Sebab, tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik dan secara definitif menghubungkan makan makanan organik dengan penurunan risiko kanker.

"Konsumsi makanan organik sulit untuk dinilai. Sebab, pelaporan masing-masing pribadi rentan terhadap kesalahan pengukuran. Meskipun frekuensi makanan organik dalam penelitian kami dikumpulkan menggunakan kuesioner khusus dengan data yang lebih tepat daripada studi sebelumnya, data konsumsi kuantitatif yang ketat tidak tersedia," Buadry menjelaskan.

Kini, menurut Baudry, langkah selanjutnya adalah menyelidiki efek jangka panjang. Ini berhubungan dengan sesuatu yang direncanakan sebagai bagian dari tindak lanjut berikutnya.

Elina Hypponen dari Institut Penelitian Kesehatan & Healh Australia Selatan, yang tidak terlibat dalam makalah itu, mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Penelitian ini menunjukkan bahwa memilih produk organik sebagai bagian dari keseluruhan diet sehat mungkin membantu mengurangi risiko kanker. Namun, ada beberapa masalah metodologis dengan penelitian ini yang membuat kesimpulan menjadi sulit.”

Seperti yang diharapkan, peserta yang mengonsumsi makanan organik, rata-rata berpendidikan lebih baik, memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan juga gaya hidup yang lebih sehat.

Lebih lanjut, Hypponen mencatat bahwa makanan organik itu mahal dan tidak dapat diakses oleh semua orang. Hal inilah yang turut menyebabkan orang mengonsumsi buah dan sayuran. Padahal, keduanya merupakan sumber nutrisi penting, termasuk antioksidan dan serat. "Konsumsi buah dan sayuran secara keseluruhan baik untuk Anda, organik atau tidak," tutupnya.

Konsumsi buah dan sayuran secara keseluruhan baik untuk Anda, baik organik atau tidak. Jadi, meski tak ada makanan organik, bukan berarti Anda tak bisa menjalankan gaya hidup sehat. Tetaplah mengonsumsi asupan sehat dan rutin berolahraga, serta hindari rokok dan alkohol, agar terhindar dari penyakit kanker.

1 comment: